Ketika sebuah kapal besar yang kamu tumpangi
bersiap untuk berlayar mengarungi samudera yang luas, dan pada saat itu kamu sebagai penumpang belum siap dan belum
memiliki bekal yang banyak untuk menjalani hidup selama berlayar dan sesudahnya
apa yang akan kamu lakukan, apakah kamu akan tetap ikut berlayar, atau memilih
tertinggal oleh awak kapal tersebut. Yaa itu pilihan dirimu sendiri, kamu tahu
mana yang terbaik untuk kamu. Jika kamu ikut berlayar maka kamu akan berusaha
bekerja keras mencari bekal bersama-sama dengan penumpang yang lain, kamu akan
belajar tentang perjuangan, bahkan kamu bisa saling memberi kasih sayang dan
saling memaafkan, sehingga semua itu akan menjadi bekal buat kamu melangkah
lagi setelah kamu keluar dari kapal tersebut, dan ketika kamu memilih utuk
tertinggal maka kamu harus bersiap untuk berjuang sendiri, jika tidak sendiri
ya mungkin kamu akan hidup dengan gaya kamu sendiri tanpa mengetahui dan memahami
apa arti dari kamu hidup dengan orang banyak.
Begitupun aku, aku memasuki kapal
IMM dengan segala kekurangan, dengan bekal ilmuku yang masih sangat sedikit,
aku memasuki IMM itu dengan pasti, dengan keyakinan bahwa aku akan belajar
didalamnya pada teman-teman yang lain, awalnya aku ingin mundur karena aku
merasa bahwa aku tidak mengetahui apa itu IMM, tapi setelah aku merenung “aku
ada dimana, dan baiknya bagaimana” aku memilih untuk tetap berlayar dengan IMM.
Aku berniat untuk aku bisa mendapatkan sesuatu didalamnya. Setelah berjalan
cukup jauh aku merasa bahwa aku bukan harus mendapatkan tapi aku yang harus
memberi pada IMM. Memberi apa? Aku bingung, setelah aku belajar dan mengenal
beragam manusia lainya aku mengerti, aku bisa memberikan seluruh hidupku untuk
IMM karena IMM lah salah satu tempatku berproses untuk menjadi wakil dan
hamba-Nya. Aku yang masih minim pengetahuan harus sadar bahwa aku butuh
pengetahuan, aku butuh banyak belajar dengan orang-orang disekitarku, aku harus
belajar memahami mereka, bukan harus selalu dipahami.
Aku berada dalam ikatan ini harus
dengan sepenuh hati, mengorbankan semua yang aku punya dengan ketulusan. Hidup
dengan mereka adalah salah satu anugerah Alloh yang terindah. Aku harus terus
belajar, menggali kebaikkan-kebaikkan dari mereka untuk mengoreksi diriku yang
jauh dari kesempurnaan ini. Aku dengan segala kekurangan harus sadar bahwa aku
harus banyak diam dan mendengarkan ketika mereka memberikan wejangan. Aku yang
masih jauh dari kategori berilmu ini harus sadar diri, melatih diri untuk
menjadi pendengar yang baik, berusaha untuk selalu dapat mengambil hikma dari setiap
keadaan dan kegiatan yang ku lakukan dengan mereka.
Aku berharap, suatu hari nanti aku
dapat mengerti sejatinya perjuangan dengan mereka adalah sebuah apisode yang
indah dengan segala peristiwa yang ada didalamnya. Episode belajar memahami,
belajar mencintai dengan sepenuh dan setulus hati ini, untuk ikatan yang
sederhana ini, mencintai dengan cara yang sempurna meskipun aku tak sempurna.
“Kita sederhana mempersembahkan yang
sederhana untuk ikatan yang sederhana namun cinta yang luar biasa...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar